Gagal Tender Asian Games XVIII, Bos MEIS Diduga Dalangi Teror?

pagelaran Asian Games 2018

topmetro.news – Masih ingat pagelaran spektakular Asian Games 2018 lalu? Even akbar pesta olahraga yang melibatkan ribuan atlet dan official dari 42 negara Asia. Sebagai tuan rumah, Indonesia sukses baik penyelenggaraan maupun sukses prestasi. Dengan total perolehan 98 medali, Indonesia berhasil menduduki peringkat 4 dengan koleksi 31 emas, 24 perak dan 43 perunggu, di bawah Tiongkok, Jepang, dan Korea Selatan.

Apa yang diraih Indonesia dalam pentas olah raga se-Asia ini menjadi catatan tinta emas sejarah yang patut diacungi jempol. Sukses penyelenggaraan, tidak terlepas dari kolaborasi pekerja seni Indonesia dengan Five Current (FC) selaku EO internasional, yang spektakuler menggelar opening dan closing pada tanggal18 Agustus 2018 dan 2 September 2018.

Mata dunia internasional pun terpukau dengan tampilan warna warni ratusan artis dan pekerja seni Indonesia dalam balutan seni dan budaya ke-Indonesiaan. Berpadu dengan musik dan tata cahaya spektakuler saat opening dn closing. Kesan Indonesia sebagai bangsa besar yang memiliki ragam etnik dan budaya secara kolosal pun tersaji apik. Didukung sorot pencahayaan tata lampu dan panggung canggih yang belum pernah ada sebelumnya. Membanggakan, sekaligus mengharukan.

Protes Vendor Lokal

Sayangnya, sebelum penyelenggaraan Asian Games XVIII, keberadaan Five Current, selaku EO internasional (USA) yang sebelumnya sukses menghandel Olympiade Amerika, sempat menjadi pergunjingan dan dipertanyakan oleh sejumlah vendor lokal. Mereka mempersoalkan penunjukkan langsung Five Current tanpa tender terbuka oleh INASOC selaku penyelenggara. Pertanyaan juga terkait besarnya harga yang dipatok FC. Yakni Rp700 milliar.

Akibatnya, pernak-pernik negatif sebelum penyelenggaraan Asian Games XVIII pun bak ‘setitik noda’ yang mengemuka dan menodai sejarah emas negeri ini. Cibiran bernada minor dan sumbang di sejumlah sosial media saat itu pun viral. Termasuk di media media resmi dan group WA milik panitia dan kehumasan INASOC.

Salah satu petinggi INASOC yang kini menjadi Menteri Pariwisata, saat itu sudah menduga serangan dimaksud sengaja dilakukan orang-orang yang tidak bertanggung jawab. Dan tidak ingin Indonesia selaku penyelenggara pagelaran Asian Games 2018, sukses.

“Ya. Pastinya oknum tersebut dari vendor yang gagal berkolaborasi dan menjadi bagian suksesnya prestasi dan penyelenggaraan Asian Games XVIII,’’ ungkap Direktur Artistik Asian Games XVIII Wisnu Utama, saat preskon terbuka di Kantor INASOC, kawasan Gelora Bungkarno, Senin (6/8/2018) lalu.

Dalam preskon yang sempat diwarnai ricuh oleh protes salah satu wartawan media nasional terkait penunjukan langsung FC itu, petinggi INASOC mengungkapkan, sudah mengetahui siapa aktor di balik teriakan dan protes para vendor. “Kami sudah mengetahui siapa yang menjadi motor penggeraknya. Motivasinya biasalah sakit hati akibat kalah tender,’’ cetusnya tanpa menyebut nama vendor besar yang dimaksud, usai acara.

Bantahan Bos MEIS

Mata Elang International Stadium (MEIS) milik Hendra Lie (HL) adalah vendor panggung terbesar di Indonesia bahkan Asia Tenggara. Namanya disebut sebut diduga sebagai aktor yang menggerakan aksi yang mencoreng nama baik penyelenggaraan Asian Games 2018.

Cukup beralasan. Bukan hanya karena MEIS sebagai salah satu vendor besar di Indonesia memang tidak ada dalam daftar vendor yang dilibatkan dalam even Akbar tersebut. Tapi nama HL juga disebut sebut yang menyokong protes Barisan Seni Merah Putih. Juga rapat rahasia para vendor sakit hati untuk menjatuhkan marwah INASOC.

“Ya siapa lagi. Kan MEIS yang terbesar di Indonesia saat ini. Wajar kalau dia sakit hati. Tapi terlepas siapa pun, saya sepakat dengan dia (Hendra Lie-red). Karena even sebesar Asian Games harusnya memprioritaskan vendor lokal yang kemampuanya tidak kalah dengan vendor asing,’’ keluh DKA, sambil mengingatkan agar tidak menyebut namanya.

Mengemukanya nama Hendra Lie dan MEIS tidak terlepas dari portfolionya sebagai pengusaha besar sewa-menyewa peralatan dunia panggung dan lighting yang sukses di berbagai even akbar di tanah air. Sebut saja peyelenggaraan Pekan Olah Raga Nasional (PON) atau Sea Games Palembang. Bahkan konser musik internasional menghadirkan musisi-musisi internasional seperti Guns & Roses, Jenifer Lopez, dst.

Mendengar namanya disebut-sebut, Direktur Utama MEIS Hendra Lie pun angkat suara. Dirinya menolak disebut sebagai aktor di balik cibiran negatif terhadap INASOC selaku penyelenggara Asian Games. “Apa urusannya? Saya kecewa dengan INASOC memang iya. Karena waktu ngundang tendernya yang terlalu mepet. Sehingga tidak cukup waktu untuk prepare. Itu saja. Kenapa saya yang dituduh? Kalau menuduh saya berniat menggagalkan Asian Games, itu tuduhan ngawur,’’ jelas Hendra Lie, dengan nada tinggi saat itu.

Barisan Seni Merah Putih

Menyikapi belum dilibatkanya pekerja seni Indonesia dan vendor lokal, kurang tiga bulan sebelum pembukaan pagelaran Asian Games 2018, pengamat seni dan musik Bens Leo memang menggelar konferensi pers. Dia menghadirkan pekerja seni Atiganda dan Doni salah satu vendor ternama.

Melalui releasenya, Bens Leo pun turut menyentil kontroversial terkait ditunjukknya Five Current dari Amerika Serikat sebagai mind organiser untuk menangani opening (pembukaan) dan closing (penutupan) tanpa melalui proses (tender) terbuka.

“Praktis, ditunjukknya Five Current secara langsung telah menutup peluang vendor lokal untuk menunjukkan karya terbaiknya di kancah global. Padahal SDM vendor dalam negeri secara faktual tidak kalah dibanding produk Amerika, yang belum tentu lebih baik,’’ papar Bens Leo, saat itu.

Sementara itu, terkait rapat para vendor, Doni yang dikenal sebagai vendor spesialis kembang api, menolak berpanjang lebar. “Ah sudahlah,” ucapnya singkat sambil ngeloyor.

Benarkah Hendra Lie aktor di balik semua ini ?

(Bersambung bagian 2. HL Takut Setelah Terima SMS Seorang Jenderal)

reporter | Jefry Siregar

Related posts

Leave a Comment